Senin, 15 April 2013

Pentingnya Screening Kesehatan Bagi Pasangan Menikah dan Pranikah


Pasangan yang ingin menikah harus menyiapkan beberapa hal terlebih dahulu. Di antaranya adalah kesiapan secara mental dan finansial. Selain itu, pasangan yang ingin menikah atau tengah menanti kelahiran buah hati perlu menyiapkan diri untuk menjalani screening kesehatan.

Ada tiga jenis screening kesehatan yang harus dilalui setiap pasangan:

1. Premarital screening atau pranikah. Sebelum menikah, pasangan diperiksa untuk mendeteksi kelainan atau potensi penyakit sehingga bisa diobati lebih dini. Hasil screening yang positif bisa dijadikan bahan pertimbangan jadi tidaknya menikah. Atau tetap menikah tapi setelah potensi kelainan penyakit itu mendapat penanganan intensif dari dokter.

2. Screening pranatal, penapisan terhadap ibu hamil yang berisiko tinggi mendapatkan kelainan kongenital atau cacat pada janin yang dikandung. Juga penapisan penyakit yang dapat mengakibatkan komplikasi serius pada ibu.

Menurut Dr. Eva Roria Silalahi, SpOG(K) screening pranatal bukan hal baru. Beberapa negara telah menjadikannya hal rutin. Screening rutin bermanfaat terutama pada penyakit yang dapat diwariskan kepada bayi. Pada pasangan yang baru menikah dan tidak melakukan premarital screening, sering kali tidak menyadari bahwa mereka berdua pembawa (carrier) penyakit yang diturunkan dari orang tua.

Jika demikian, pasangan ini berisiko mendapat anak yang mengalami kelainan bawaan serius. Untuk memprediksi apakah anak yang dikandung akan mengalami kelainan bawaan maka perlu sedini mungkin melakukan screening antenatal dan diagnosis antenatal.

3. Screening neonatus dilakukan setelah bayi lahir untuk mendeteksi sedini mungkin kelainan pada si kecil di usia kurang dari satu tahun agar bisa diobati segera.

Dr. Eva Roria Silalahi, SpOG(K) juga mengungkapkan bahwa ketiga screening ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi kemungkinan abnormalitas kedua mempelai. Kelainan itu bisa berupa penyakit turunan atau infeksi seperti sifilis, Hepatitis B, virus HIV, toksoplasma, rubella, sitomegalovirus atau disebut TORCH, dan penyakit lainnya. Beliau menambahkan bahwa screening pranikah sebaiknya dilakukan enam bulan sebelum menikah.

Yang sering Eva temui, pasien menjalani screening pranikah tetapi mereka sudah menikah. Bila hasil screening positif temuan penyakit maka pasangan ini harus menunda mempunyai momongan sampai penyakit yang berisiko mengganggu janin teratasi. Kasus lain, pasangan datang dalam kondisi istri berbadan dua. Istri menjalani screening pranatal.

Sedangkan screening prenatal, idealnya dilakukan sedini mungkin. Screening pada trimester pertama, dilakukan pada usia kehamilan 11 sampai 13 minggu untuk mengecek gejala down syndrome. Screening ini meliputi pemeriksaan sampel darah dan ultrasonografi. Screening selanjutnya dilakukan pada trimester kedua, masih meliputi pemeriksaan darah dan ultrasonografi.

Apabila hasil screening positif, dapat dilanjutkan dengan diagnosis antenatal dengan metode invasif untuk mengonfirmasi hasil temuan screening. Pemeriksaan meliputi CVS (mengambil bagian selaput plasenta janin-red) dan amniosentesis (pemeriksaan dengan mengambil sampel air ketuban ibu hamil).

Maksudnya, jika kelainan tidak terdeteksi pada pemeriksaan pertama, sangat mungkin kelainan terlacak pada pemeriksaan berikutnya. Pelacakan potensi down syndrome melalui screening pranatal dilanjutkan dengan diagnostik pranatal.

Ini dilakukan pada usia kehamilan 11-13 minggu. Pada fase itu, muncul tanda yakni penebalan leher janin atau Nuchal Translucency (NT). Jika penebalan lebih dari 3 milimeter, ibu hamil perlu melakukan konfirmasi dengan pemeriksaan sel bagian janin melalui amniosentesis atau CVS. Ini untuk memastikan apa benar janin menderita down syndrome atau kelainan kromosom lainnya.

Screening sangat dianjurkan. Biaya screening memang tidak murah. Jika Anda berminat, Eva juga menyampaikan beberapa poin penting soal screening ini:

1. Sebelum menikah, ada baiknya cermati riwayat kesehatan calon mempelai. Adakah penyakit yang diturunkan melalui family tree. Misalnya, nenek calon mempelai mengidap suatu penyakit, anaknya tidak, tapi salah satu cucunya ada yang mengidap. Anda perlu melakukan screening pranatal untuk memastikan kondisi pasangan Anda kini.

2. "Bagi pasangan berusia 35 tahun ke atas, penting melakukan premarital screening. Karena pada pasangan berusia 35 tahun ke atas, risiko memperoleh kelainan kongenital pada bayi mereka tinggi. Risiko melahirkan bayi down syndrome yakni 1 dari 250 kelahiran bayi, sedangkan usia 40 tahun risikonya 1 dari 75 kelahiran bayi," begitu Eva mengungkap data.

3. Bagi yang memiliki pasangan lebih dari satu (poligami) berisiko terjangkit penyakit menular seksual, pemelihara binatang seperti anjing atau kucing, penyuka makanan mentah atau makanan yang dibakar (misalnya satai dan steik), perlu melakukan screening karena kemungkinan mengalami infeksi toksoplasma, rubella, sitomegalovirus herpes (TORCH) tinggi karena bila tidak diobati bias berdampak kelainan pada janin.

4. "Jika dana untuk menjalani tiga screening bersama pasangan terbatas, screening pranatal layak diprioritaskan," Eva mengingatkan.

5. Tanpa bermaksud menakut-nakuti, ibu hamil yang mencandu rokok, risiko gangguan aliran darah di pembuluh darah rahim, plasenta sampai bermuara ke janin akan tinggi. Oksigen yang diasup si janin lambat laun berkurang sehingga menghambat pertumbuhan otak. Pada akhirnya, menghambat pertumbuhan janin secara keseluruhan.

End

Avasindo adalah weblog kesehatan yang juga mempromosikan metode pengobatan Avasin Al-Kay di Indonesia. Avasin Al-Kay sendiri adalah sebuah metode pengobatan alami yang dilakukan oleh para dokter professional. Hal ini dilakukan karena para penemu pengobatan Avasin Al-Kay tidak ingin pengobatan Avasin Al-Kay dipraktekan oleh pihak yang belum memahami dasar-dasar ilmu kedokteran.

Praktisi Avasin Al-Kay disebut juga sebagai Avasinolog. Untuk menjadi seorang Avasinolog, terlebih dahulu harus lulus pendidikan kedokteran dan memperoleh izin praktek dokter. Setelah itu, wajib mengikuti kursus keahlian selama setidaknya dua tahun.

Avasin Al-Kay dikenal dunia sebagai Indonesian Acupunture. Sebuah metode pengobatan tanpa operasi. Terbukti dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, mulai dari autis, tumbuh kembang, kemandulan, kanker, stroke dan berbagai macam penyakit lain yang pada dasarnya sulit untuk disembuhkan.

Bila anda tertarik untuk melakukan terapi Avasin Al-Kay, silahkan mengunjungi avasinolog terdekat. Berikut ini adalah dokter avasinolog yang berhasil kami himpun.

Wilayah Bandung dan sekitarnya :

Dr. Adang Sudrajat MM. AV.
Apotek Assyifa 3
Jl. Venus Barat no.11A
Komp. Metro - Margahayu Raya
Bandung – 40286
No. Telpon : 022 920 2977 8 | 022 756 1703 | 081 122 0843

1 komentar: