Minggu, 01 Juli 2012

Sekilas Tentang Thalasemia

Avasindo Magz - Thalasemia adalah penyakit yang bersifat menahun. Thalasemia biasanya diturunkan melalui genetik keluarga. Thalasemia merupakan sebuah penyakit yang akan menyebabkan penderitanya mengalami berbagai gejala anemia, mulai dari anemia ringan maupun berat. Anemia sendiri adalah sebuah kondisi dimana kadar Hemoglobin (Hb) dan juga sel darah merah dalam tubuh menurun. Hemoglobin dalam darah, mempunyai sebuah peran penting dalam mengikat oksigen lalu mendistribusikannya ke seluruh tubuh.

Semoga lekas sembuh ya nak...
Thalasemia dapat juga dikatakan sebagai kelainan genetik yang berupa mutasi gen. Mutasi gen ini akan menyebabkan kualitas sel darah merah dalam tubuh menurun sehingga Hemoglobin tidak mampu bertahan lama. Thalasemia memang diturunkan orang tua kepada anaknya, baik itu perempuan maupun laki laki. Dan bila kedua orang tua (bapak maupun ibu) menderita Thalasemia maka penyakit yang akan diderita anak akan memasuki kategori sedang hingga berat.

Namun bila penyakit Thalasemia diturunkan dari salah satu pihak orang tua, maka gejala yang timbul relatif ringan malah seringkali tidak akan berefek apapun. Orang yang menderita Thalasemia tanpa mengalami gejala klinis disebut juga sebagai seorang carrier (pembawa) Thalasemia. Walaupun tidak mengalami gejala apapun, seorang carrier Thalasemia tetap akan menurunkan Thalasemia kepada anak mereka.

Thalasemia terbagi atas dua jenis. Hal ini didasarkan pada Hemoglobin yang tersusun berdasarkan dua jenis rantai protein, rantai alpha globin dan juga rantai beta globin. Bila yang terganggu adalah rantai alpha globin, maka disebut sebagai Thalasemia Alpha, begitu pun bila yang terganggu adalah rantai beta globin maka disebut sebagai Thalasemia Beta. Kedua jenis Thalasemia ini juga dibagi lagi ke dalam beberapa stadium mulai dari stadium ringan hingga stadium berat.

Dalam pembagian rantai protein hemoglobin, masing masing jenis rantai protein alpha maupun beta, terdiri dari empat buah rantai protein. Bila setidaknya dua dari rantai protein alpha mengalami gangguan, maka disebut dengan istilah Thalasemia alpha mayor. Sedangkan bila hal yang sama terjadi pada rantai protein beta, maka disebut juga dengan thalasemua beta mayor.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jenis Thalasemia yang diderita oleh pasien, diperlukan pemeriksaan khusus dan panjang. Begitu juga bila kita ingin mengetahui apakah Thalasemia yang diderita merupakan kategori ringan, sedang ataupun berat. Namun gejala umum yang dialami penderita Thalasemia adalah gejalan anemia seperti yang kami utarakan di atas.

Walaupun carrier thalasemia dapat hidup tanpa gejala thalasemia apapun, namun thalasemia berat dapat menyebabkan kematian. Thalasemia dapat dideteksi semenjak masih balita, gejala yang terjadi pada penderita thalasemia berat adalah lelah dan letih, kulit berwarna kuning, perut yang membuncit akibat pembengkakan pada hati dan limpa, warna kulit lebih gelap dan juga gangguan pada pertumbuhan. Bahkan bila seorang bayi baru lahir menderita thalasemia alpha mayor, kemungkinan besar bayi tersebut akan meninggal tidak lama setelah dilahirkan.

Bila seorang dokter konvensional menemukan pasien dengan keluhan penyakit anemia, maka sang dokter pada umumnya akan melakukan berbagai pemeriksaan rutin mulai dari pemeriksaan darah rutin sampai dengan pemeriksaan kadar feritin sampai dengan sumsum tulang belakang. Bila dalam diagnosis kuat dugaan pasien mengalami Thalasemia, maka dokter akan melanjutkan pada pemeriksaan selanjutnya meliputi analisa genetika, elektroferesis hemoglobin sampai dengan pemeriksaan riwayat keluarga penderita.

Terapi yang akan diberikan pada penderita Thalasemia tergantung berat ringannya gejala yang terdapat pada penderita thalasemia. Bila penderita hanya merupakan seorang carrier maka dia tidak memerlukan pengobatan apapun. Namun pada kondisi yang lebih berat akan memerlukan transfusi, dalam kondisi tertentu memerlukan transfusi yang harus dilakukan secara berkala. Malah pada kondisi sangat berat yang menyebabkan pembengkakan limpa yang tidak dapat ditolerir oleh tubuh, maka harus dilakukan pembedahan untuk membuang limpa milik pasien.

Dalam pengobatan media secara konvensional, pasien harus sering berdiskusi dengan dokter spesialis divisi hematologi pada departemen penyakit dalam. Di sana dokter akan melihat efek yang ditimbulkan oleh pengobatan, efek sampingnya dan juga kemungkinan untuk melakukan perawatan rutin. Pengaturan diet pasien akan membantu pasien dalam menjalani pengobatan, selain itu dukungan keluarga sangat diperlukan khususnya bagi pasien yang memerlukan perawatan rutin.

Namun, dengan adanya terapi avasin al kay, penyakit thalasemia dapat disembuhkan belalui terapi pengobatan secara berkala. Dalam kasus kami, penyakit thalasemia harus melalui beberapa proses terapi sebelum benar benar terbebas dari thalasemia. Sebenarnya penyakit tersebut tidak menghilang sepenuhnya setelah terapi, karena thalasemia adalah penyakit genetis. Namun, dalam tahap akhir terapi, penderita akan hanya menderita thalasemia ringan dan tergolong ke dalam kategori carrier (pembawa) thalasemia saja. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar