Jumat, 18 Januari 2013

Penyakit Gusi Sebabkan Gigi Sensitif


Gigi Sensitif tidak hanya disebabkan oleh cara menyikat gigi yang terlalu keras. Penyakit gusi juga dapat menyebabkan gigi menjadi lebih sensitif. Padahal, penyakit gusi merupakan masalah kedua terbesar dalam kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia.

Belum banyak yang tahu apabila kesehatan gigi bergantung pada kesehatan gusinya. Gusi berfungsi untuk melindungi benang-benang halus yang mengikat akar gigi pada tulang rahang. Jika terjadi peradangan pada gusi, dapat menyebabkan infeksi, bengkak, nyeri, dan kerusakan tulang lebih lanjut. Penyakit gusi tingkat lanjut dapat menyebabkan tanggalnya gigi yang sehat.Selain menyebabkan gigi menjadi sensitif, penyakit gusi juga telah dikaitkan dengan masalah kesehatan lainnya, seperti diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah.


Penyakit gusi ini banyak terkomplikasi oleh faktor-faktor, seperti kebersihan mulut yang buruk, riwayat keluarga penyakit gusi, merokok, dan sejarah keluarga diabetes. Pamela Quinones RDH, Presiden American Dental Hygienists Association, berharap masyarakat mulai memperhatikan kesehatan gusi.

Pamela mengatakan bahwa kebanyakan orang pergi menemui dokter gigi karena mereka khawatir tentang masalah gigi berlubang. Akan tetapi setelah seseorang mencapai usia tertentu, penyakit gusi merupakan masalah yang lebih penting daripada gigi yang berlubang.

Penyakit gusi terbagi ke dalam dua tahapan. Pertama, gingivitis yang merupakan tahap awal dari penyakit gusi. Pada tingkatan ini, gusi menjadi merah dan meradang, dan risiko mengalami perdarahan. Gingivitis biasanya dapat diatasi dengan menyikat gigi setiap hari dan flossing dengan benang gigi, bersama dengan check-up rutin dan proses pembersihan, jika diketahui sejak dini.

Tahapan selanjutnya adalah periodontitis, di mana penyakit gusi telah semakin parah sehingga merusak gusi dan struktur pendukung gigi. Salah satu tanda terjadinya periodontitis adalah terbentuknya sebuah kantong di antara gusi dan gigi. Tanpa pengobatan yang tepat,gigi akhirnya mesti dicabut. Gingivitis adalah reversibel. Sementara, periodontitis biasanya harus mendapatkan semacam intervensi.

Ketua Ikatan Periodontologi Indonesia (IPERI) Komisariat Jakarta, drg Hari Sunarto SpPerio(K) menuturkan, gusi yang sehat biasanya berwarna pink, berpigmen, dan konsistennya kenyal. Tanda yang lainnya, yaitu tidak ada perdarahan saat gosok gigi, tidak ada tanda peradangan, dan tepi gusi terletak di atas batas dentin dan email. Jika diibaratkan, gusi yang sehat terlihat seperti kulit jeruk.

Agar gusi tak bermasalah, dia menyebutkan sejumlah kiat pencegahan. Pertama, kontrol plak dengan menyikat gigi secara teratur. Hal ini efektif mencegah perkembangan bakteri dan mencegah radang gusi serta dentin hipersensitif. Selain itu, sikat gigi teratur dengan cara yang benar membantu desensitisasi permukaan akar. Perhatikan juga kondisi sikat gigi, terutama bentuk dan kebersihan bulu sikatnya. Jangan ragu segera mengganti yang baru jika bentuknya sudah tak ideal dan kotor.

Apabila sudah ada kerusakan tulang atau periodontitis segera konsultasi dengan dokter gigi untuk terapi sedini mungkin sehingga tidak perlu dilakukan tindakan bedah. Jangan lupa juga untuk melakukan kontrol ke dokter gigi secara periodik.

Saat di rumah, lakukan perawatan gigi dengan menggunakan pasta gigi yang tepat. Kenali komponen aktif tambahan untuk perawatan dentin hipersensitif, seperti hydroxyapatite, potassium citrate, dan zinc citrate.

Bahan-bahan tersebut efektif membantu memelihara kesehatan gusi. Hari mengungkapkan, gigi sensitif atau dikenal sebagai dentin hypersensitivity merupakan istilah umum yang dipakai untuk menunjukkan rasa nyeri yang timbul akibat terbukanya dentin sebuah lapisan di bawah email. Dentin mempunyai saluran yang menghubungkannya dengan ruang syaraf gigi.

Dengan terbukanya dentin, maka rangsangan dari makanan atau minuman akan menyebabkan nyeri. Menanjak pada usia 65 tahun, sekitar 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit gusi. Sebuah laporan dari American Academy of Periodontology menduga, sekitar 20% sampai 30% orang dewasa memiliki penyakit gusi yang serius dan cukup untuk menempatkan mereka pada risiko kehilangan gigi.

Drg Ratu Mirah Afifah GCClindent MDSc, Professional Relationship Manager Oral Care PT Unilever Indonesia Tbk mengatakan, ada kebutuhan bagi penderita gigi sensitif untuk tidak hanya mengurangi rasa ngilu, tetapi juga solusi yang dapat mencegah gigi sensitif tersebut datang kembali kemudian hari.

About Us :
Avasindo adalah weblog kesehatan yang juga mempromosikan metode pengobatan Avasin Al-Kay di Indonesia. Avasin Al-Kay sendiri adalah sebuah metode pengobatan alami yang dilakukan oleh para dokter professional. Hal ini dilakukan karena para penemu pengobatan Avasin Al-Kay tidak ingin pengobatan Avasin Al-Kay dipraktekan oleh pihak yang belum memahami dasar-dasar ilmu kedokteran.

Praktisi Avasin Al-Kay disebut juga sebagai Avasinolog. Untuk menjadi seorang Avasinolog, terlebih dahulu harus lulus pendidikan kedokteran dan memperoleh izin praktek dokter. Setelah itu, wajib mengikuti kursus keahlian selama setidaknya dua tahun.

About Avasin Al-Kay :
Avasin Al-Kay dikenal dunia sebagai Indonesian Acupunture. Sebuah metode pengobatan tanpa operasi. Terbukti dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, mulai dari autis, tumbuh kembang, kemandulan, kanker, stroke dan berbagai macam penyakit lain yang pada dasarnya sulit untuk disembuhkan.

Berikut ini alamat praktek Dokter Avasinolog yang berhasil Avasindo himpun.

Wilayah Bandung dan sekitarnya :

Dr. Adang Sudrajat MM. AV.
Jl. Venus Barat no.11A
Komp. Metro - Margahayu Raya
Bandung - 40286
No. Telpon : (022) 7561703

Tidak ada komentar:

Posting Komentar